Otomotifa
Mobil listrik mulai disukai banyak orang. Di samping kemampuan teknologinya yang tidak kalah dari mobil bermesin biasa, fasilitas seperti tempat mengisi ulang baterai juga telah menjadi lebih mudah diakses.
Di Jawa Timur sendiri, telah terdapat sebanyak 339 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Informasi tersebut diberitahukan oleh General Manager PT PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur, Ahmad Mustaqir.
“Dari total 339 unit Stasiun Pengisian Kelistrikan Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang ada di Jawa Timur, terdapat di 206 lokasi. Tahun ini kami bertujuan untuk menambah jumlah SPKLU hingga 105 unit lagi di berbagai tempat penting seperti restoran, kantor pemerintah, rest area, dan sebagainya,” jelasnya.
Mustaqir menggarisbawahi komitmen PLN UID Jawa Timur dalam mensupport peralihan ke sumber daya energi baru melalui percepatan pengembangan ekosistem kendaraan bermotor elektrik (EV). Dia juga menyatakan optimisme terhadap peningkatan penerimaan dan pemakaian kendaraan yang bersahabat dengan lingkungan.
Berdasarkan data terbaru, total pemakaian tenaga listrik untuk semua Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Jawa Timur sampai bulan April tahun 2025 adalah 585.023 kilowatt-jam (kWh). Ini menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan yaitu kurang lebih empat kali lipat jika kita bandingkan dengan angka pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 122.255 kWh.
” Ini mengindikasikan bahwa minat masyarakat dalam menggunakan kendaraan listrik kian meningkat. Kami tentu saja di PLN selalu berusaha menyediakan fasilitas guna memastikan para pemakai mobil listrik merasa tenang dan dimudahkan,” tambahnya.
Selanjutnya dalam hal jumlah transaksi, PLN UID Jawa Timur menunjukkan peningkatan hampir empat kali lebih banyak. Sampai bulan April 2025, telah dicatat ada 23.723 individu yang melaksanakan transaksi di SPKLU, dibandingkan dengan periode serupa tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 5.748 orang.
Terakhir, Mustaqir menggariskan bahwa pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik tak sepenuhnya menjadi tanggungan PLN. Hal ini disebabkan karena perusahaan telah merancang program kerjasama dengan beragam model.
“Beberapa investor menyediakan modal awal sepenuhnya melalui kontribusi tanah mereka sendiri, sementara beberapa lainnya memberikan modal tambahan. Selain itu ada pula yang mendapatkan dukungan dari mitra dalam hal mesin dan lahan, sedangkan PT.PLN hanya bertanggung jawab untuk penyediaan listrik saja. Oleh karena itu, jumlah investasi tiap satuan bisa bervariasi,” jelas Mustaqir.
Leave a Reply